mereduksi prokrastinasi akademik (menunda2 pekerjaan))
CARI
TAHU MENGAPA KITA SERING MENUNDA-NUDA BELAJAR YUK TEMAN
Pernahkah teman-teman menunda-nunda
menyelesaikan suatu pekerjaan, mengerjakan tugas, atau belajar sampai
detik-detik terakhir menjelang ujian? Ketika itu semua terjadi, teman-teman
merasa seperti tidak bisa berbuat apa-apa sebelum dekat dengan deadline-nya,
seperti semangat baru ada jika keadaan sudah mendesak.
Mungkin teman-teman bertanya, memang
ada apa dengan menunda-nunda sesuatu. Bagi sebagian orang, menunda sesuatu
adalah sesuatu yang tak terelakkan karena ada penyebab yang bisa diterima akal
sehat. Namun, prokrastinasi di sini adalah menunda-nunda dengan alasan yang
irrasional dan mengada-ada, makanya jadi masalah (besar).
Siapa yang suka bekerja dan belajar
dalam ketegangan, ketergesaan, dikejar deadline, atau diancam-ancam bos
atau ketua panitia? Sekalipun pekerjaan selesai, siapa yang tidak stres berat
atau cemas? Bagaimana bisa hasilnya sempurna? Bagaimana kalau gagal total?
Bagaimana kalau muncul tugas atau masalah lain yang lebih gawat??? Tidak ada
yang suka!
Orang yang melakukan prokrastinasi
pasti tidak akan merasa baik-baik saja, sekalipun kelihatannya mereka tampak
oke. Yeah, jangan sok cool. Situasi gawat, waktu mendesak,
dan sempitnya kesempatan yang kita buat-buat sendiri, sekalipun kita dapat
melewatinya, bukan sesuatu yang dapat dibanggakan. Jika situasi tersebut
dipandang sebagai tantangan yang memicu adrenalin, menegangkan, dan
menyenangkan, ini termasuk rasionalisasi yang salah kaprah.
Kita semua dapat disebut prokrastinator
(pelaku prokrastinasi). Mudahnya, prokrastinasi terjadi ketika kita tahu bahwa
kita seharusnya mengerjakan sesuatu dan ingin mengerjakannya, tetapi gagal
memotivasi diri untuk melakukannya sesuai harapan atau dalam waktu yang
ditentukan. Karena hal itulah, maka terjadi penundaan waktu mulai bekerja
sampai dialami tekanan, kekecewaan, kecemasan, atau rasa bersalah karena kita
tidak mengerjakannya lebih awal.
Mengapa prokrastinasi bisa terjadi?
Ada orang yang prokrastinasi karena
merasa dirinya memang malas, tidak disiplin, dan tidak tahu caranya mengelola
waktu. Menyalahkan kepribadian? Ya, dan lebih itu, berdasarkan suatu teori,
prokrastinasi tidak hanya merupakan kebiasaan buruk, tetapi juga ekspresi
keyakinan dan harga diri yang rentan. Hal tersebut terungkap jika orang
ditanya, mengapa menunda pekerjaan, dan jawaban mereka: "Aku memang
orangnya kayak gini (malas, tidak disiplin), nggak bisa diapa-apain lagi."
Prokrastinasi terjadi bukan hanya
karena ketidaktahuan cara mengelola waktu. Banyak orang yang tahu caranya
mengelola waktu, tetapi tetap saja prokrastinasi. Maka, ada teori yang
menyimpulkan bahwa prokrastinasi ini adalah masalah motivasi. Ada sesuatu yang
dicemaskan dan tidak ingin dihadapi: fear of failure, yang identik
dengan keberadaan kecemasan bertindak, perfeksionisme, dan ketidakpercayaan
diri. Ini seperti orang yang ingin mutiara tetapi tidak mau menyelam karena
takut tenggelam dan gagal mendapatkan mutiara. Mereka duduk saja di tepi pantai
menunggu ada orang yang mau menyelam.
Ketiadaan motivasi dapat terjadi karena
tidak adanya "sense of purpose". Mari tanyakan kepada
diri, bagaimanakah tujuan-tujuan hidup ini kita jiwai?. Ada kecenderungan bahwa
orang tidak proaktif mengejar tujuan hidupnya adalah karena ia tidak tahu
mengapa ia hidup. Tujuan-tujuan yang dimilikinya kalau tidak tujuan hidup yang
sifatnya normatif ("Aku harus belajar karena manusia memang harus
belajar."), adalah tujuan milik orang lain yang dijadikan miliknya ("Aku
harus belajar karena ortu ingin aku kerja ini nantinya.").
Penyelesaiannya...
Sense of purpose... kupikir, ini
adalah pertanyaan besar dalam kehidupan kita semua. Lagi-lagi, penyelesaian
masalah prokrastinasi kembali pada diri masing-masing. Secanggih apapun metode,
kiat-kiat, dan pemahaman atas manajemen waktu, kalau sense of purpose
kita tidak kuat, kita tidak akan memiliki motivasi diri yang cukup untuk
memperbaiki diri dan melaksanakan metode-metode manajemen diri dan waktu.
Sudahkah kita memiliki tujuan hidup
yang benar-benar kita jiwai? Sebaiknya, kita segera menjawab, "Ya,
punya." Pada prosesnya tak masalah jika ada saat di mana kita akan malas,
lelah, dan berbuat salah, itu semua manusiawi. Namun demikian, dengan tujuan
hidup yang benar dan dirasakan dengan kuat dan begitu berharga, tujuan itu akan
menjadi pengingat bagi kita untuk tidak kebablasan dalam melakukan
prokrastinasi, menyemangati kita di saat-saat sulit, bahkan ketika fear of
failure dirasakan sangat kuat.
Begitulah teman-teman... Semoga
membantu bagi yang mengalami prokrastinasi akademik (termasuk kami sendiri
^_^'). Semoga kita semua sukses!!!
sumber :
Nisfiannoor, M dan Valentini, V. (2006). Jurnal Provite. Jakarta:
Universitas Tarumanegara. Volume 2, No 1.
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2205552-pengertian-prokrastinasi-akademik/
0 Response to "mereduksi prokrastinasi akademik (menunda2 pekerjaan))"
Posting Komentar